yang sangat lekat
dengan aliran zen dalam agama Buddha. Upacara ini juga menjadi cara
penghormatan tuan rumah kepada tamu. Jadi, untuk meminumnya, perlu upacara dan
tata krama yang sangat spesifik.
Ada banyak aliran
upacara minum teh ala Jepang atau sadou.Tapi, untuk cara minum teh yang lebih
kasual, cara penyajiannya ada dua.
1. Cara pertama (Kyushu), mengambil dari nama
pulau terbesar ketiga di Jepang. Daun teh hijau atau macha dimasukkan ke dalam
cawan yang ukurannya pas segenggaman tangan. Sebuah teko berisi air panas
kemudian dituang ke dalam cawan tersebut.Cawan berisi teh tadi harus digerakkan
memutar secaha perlahan . Suhu air sebaiknya tidak lebih dari 50 derajat
Celsius agar tak merusak daun tehnya. Tutup cawan teh tadi. Tutup cawan ini bergunasebagai
penyaring , agar saat kita meminum teh, tehnya tidak ikut termakan. Kemudian
tunggu maksimal dua menit. Lebih dari waktu tersebut, teh akan terasa pahit.
2. Cara kedua (Kyoto) , mengambil nama sebuah
kota tua di jantung Pulau Honshu. Penyajiannya mirip dengan tradisi di Cina.
Teh diseduh dalam teko kemudian dibagi-bagikan dalam gelas kecil-kecil. Suhu
air dan lamanya menyeduh tidak berbeda dengan cara yang pertama.
Sadou tentu lebih
rumit dari itu. Tradisi ini sudah ada sejak beratus-ratus tahun silam.
Pengaruhnya dari tempat asal teh, Cina. Ruangan untuk upacara minum teh ala
Jepang didesain khusus. Tidak terlalu besar. Maksimum untuk empat tamu. Untuk masuk
ke dalam ruangan, para tamu harus membungkuk karena tingginya pintu tidak lebih
dari satu meter.
Secara singkat,
proses Sadou demikian. Tuan rumah terlebih dahulu membersihkan mangkuk yang
nantinya berfungsi sebagai cangkir. Setelah itu, ia mengambil macha yang
bentuknya bubuk dengan memakai sendok kayu yang sangat tipis dan kecil.
Takarannya sangat bergantung pada kepandaian pemilik rumah menyajikannya supaya
teh tidak terlalu hambar atau pahit.
Selesai memasukkan
macha ke dalam mangkuk atau cawan, proses menyeduh pun dimulai. Pengambilan air
panasnya berasal dari tungku dengan memakai penyiduk dari bambu atau hishaku.
Setelah air masuk, tuan rumah mengaduk macha dengan sebuah kuas tebal yang
disebut chasen. Gerakan mengaduknya seperti mengocok sampai air bebuih.
(Hishaku)
(Chasen)
Setelah proses ini
selesai, tuan rumah tinggal menyuguhkan tehnya. Motif terbaik dari mangkuk
harus berada di hadapan tamu. Tamu memberi hormat terlebih dahulu sebelum
mengambilnya dengan tangan kanan. Telapak tangan kiri memegang bagian bawah
mangkuk. Kemudian ia memutar mangkuk supaya motif yang cantik menghadap ke tuan
rumah. Setelah habis, cawan kembali diletakkan di hadapan kaki orang yang duduk
bersimpuh.
0 komentar:
Posting Komentar